Saturday, April 10, 2010

him

Lelaki itu bergerak. Seorang diri. Di sana. Begitu memukau. Bagai desingan biola monolog di tengah orkestra yang bungkam. Ketika lelaki itu memasuki ruangan, debu pun menyingkir memberi jalan. Bahkan udara pun menyerah memujanya. Dan detik itu juga semua peristiwa seperti berhenti bergerak. Statis. Udara berhenti mengalir. Dunia berhenti bernapas.

Postur tubuh lelaki itu tegap. Menjulang hampir 180 sentimeter. Struktur tulangnya kuat dan kokoh. Kulitnya legam, menyemburkan kharisma kejantanan yang menyengat.


Garis wajahnya seperti batu karang. Rahangnya kuat. Bekas cukuran di atas bibir dan dagunya tampak kasar membiru. Rambutnya dipangkas pendek cepak. Menegaskan sosoknya sebagai lelaki sejati.

Sempurna dalam kemaskulinan.

Relief wajahnya seperti tebing batu yang terpahat tegar karena diterjang topan dan badai. Setiap detail begitu sempurna. Hidungnya kokoh dan mencuat. Dagunya tegas persegi. Alisnya hitam lebat dan bertaut di puncak hidung. Bentuk matanya melengkung indah, namun sorot matanya tajam dan dalam. Seperti rajawali perkasa yang siap menerkam mangsanya. Figur lelaki yang tak terkalahkan.