Sunday, September 26, 2010

Passion

Semester ini saya resmi memasuki tahap baru yang berbeda dibandingkan dengan semester-semester sebelumnya. Ya, saya resmi menunaikan ibadah skripsi di semester ini. Harapan saya, makhluk yang bernama "skripsi" ini selesai di semester ini sehingga semester depan sudah ada tambahan "S. IP" di belakang nama saya.
Skripsi tidak semudah yang dibayangkan. Memang tidak ada yang bilang kalau skripsi itu mudah, semuanya mengeluhkan, "Skripsi itu susah", "Skripsi itu ribet", "Skripsi itu mahal", dan sebagainya. Bagi saya sendiri semuanya betul. Tidak mudah, tidak ringkas, dan tidak murah. Perlu kecermatan, kerja keras, usaha, keberanian, kenekatan, dan di atas segalanya diperlukan kemauan. Passion mungkin pilihan kata yang tepat.
Beberapa tahun belakangan ini saya mengakrabi kata "passion" tersebut. Berpuluh-puluh pekerjaan yang saya lakukan menjadi hal yang saya cintai, menjadi hal yang saya ikhlaskan, menjadi hal yang memberikan ruh, energi saya dalam memaknai hidup didasarkan pada kata itu, passion.
Sebagai sebuah kosakata, passion jelas bukanlah kata yang baru bagi telinga saya. Namun sejak beberapa tahun belakangan, passion menjadi kata yang bernyawa.
Kata passion menjadi sebuah kepercayaan yang dipegang teguh oleh saya, pacar saya, dan beberapa teman kami. Kami percaya bahwa passion merupakan suatu dasar dari rasa bahagia dalam menjalankan sesuatu. Apapun yang kami lakukan akan menjadi lebih hidup, menjadi bermakna, dan tidak terasa sebagai beban jika didasarkan pada passion ini.
Tidak berbeda dalam mengerjakan skripsi ini. Kata passion agaknya harus kembali kami terapkan. Saya khususnya sudah merasakan "sensasi passion" dalam diri saya. Bagaimanapun jatuh dan terinjaknya saya harus segera bangkit dan menyukuri saat-saat tersungkur mencium tanah.
Skripsi memang tidak pernah mudah. Ini bukan melulu seputar menulis, membaca, dan meneliti. It is absolutely beyond a research. Ini adalah petualangan yang harus segera diselesaikan. Secepat mungkin, sekuat mungkin.
Jadi, selamat datang kembali buku-buku tebal. Selamat datang kembali tidur tengah malam. Selamat datang kembali pesan-pesan "jangan lupa makan". Lets make friends! :)

Saturday, September 18, 2010

Can't Take My Eyes of You

...
Pardon the way that I stare
There's nothing else to compare
The sight of you leaves me weak
There are no words left to speak
But if you feel like I feel
Please let me know that it's real
You're just too good to be true
Can't take my eyes of you...

LOOK! #1

I love fashion! Everybody uhm... every girl I guess love fashion so much. Some of them even thinks that fashion is everything. Something that rules their lives, should be followed, even something to die for. But fashion is not merely exists in dress only. Fashion is in the sky, in the street, fashion has to do with ideas, the way we live, what is happening.
Everybody have their own style. Unfortunately, there are some people who are forcing their self to hard on following fashion trends. They follow the trend each time and dress up just like the trend told them to be. The bad side is not everybody are totally suitable wearing the dress in every trend. Sometimes a dress looks good to be fitted in someone but its not pretty when someone else wears it. So, the point is only wear the dress that is suitable for your self, because the luxury must be comfortable, otherwise it is not luxury.
Here I share and review some dress that I mixed up on Looklet. The list of item I used briefly explained on each picture.

1. Titled: Fabulousarong
The uniqueness of that dress was in the skirt. Skirt by Lars Wallin above is fashionably cute with the pink tuft on the right-side. The color of yellow with the square pattern reminds me with the sarong that usually wear by men in Indonesia (hahaha). It looks pretty combines with the top and vest from Indiska and Ann Christine. The stack necklace also cute in completing the dress.

2. Titled: Uptown Girl
The dress from Issa London on the picture above was fabulous! Its sexy but not vulgar. The scarf from Rtzou also has a beautiful floral print. The color is great combined with the dress. The heels from Bjorn Borg very catchy in khaki color.

3. Titled: Simply Me

The catchiest part of this look is the blouse! I love the cut of the blouse. The blouse created by Diana Orving above are simple yet hot. It looks sexy even it just simply mix up with black skinny jeans. Because the blouse is so catchy then you don't need to put a lot accesories especially necklace. Clutch maybe the best combination on completing the look.

-another- quote of the day! :)

I don't know why women want all of the things men have when one the things that women have is men.
- Coco Chanel -

Tuesday, September 14, 2010

.m.i.s.s.

I miss you very much.
I miss you to the level my self just can't explain.

home, September 14th 2010.

Monday, September 13, 2010

Countering Issue of Negative Words of Mouth


Tidak bisa dipungkiri words of mouth (WoM) menjadi salah satu strategi komunikasi pemasaran yang sangat efektif bagi sebuah perusahaan maupun produk yang dipasarkannya. Basis kepercayaan interpersonal (interpersonal high trust) menjadi salah satu alasan dari efektivitas strategi ini. Bagi sebagian besar orang promosi yang disampaikan melalui iklan memiliki efek yang lebih kecil dibandingkan promosi yang disampaikan oleh orang lain terutama bila orang tersebut merupakan orang-orang terdekat. Rekomendasi dari orang-orang terdekat inilah yang memiliki efek lebih besar karena umumnya rekomendasi mereka akan lebih didengar dibandingkan promosi di berbagai iklan.
Strategi words of mouth (WoM) ini tentunya menjadi salah satu strategi komunikasi yang tidak hanya ampuh namun juga gratis bagi perusahaan. Selain dapat menjaring konsumen baru, perusahaan juga tidak perlu menyusun anggaran dalam jumlah besar untuk melaksanakan strategi ini karena pesan promosi akan terus berkembang dan menyebar luas dengan sendirinya.
Sekilas strategi words of mouth (WoM) memang memiliki keunggulan khususnya jika informasi yang tersebar merupakan pesan yang bersifat positif (positive words of mouth), namun bila informasi yang tersebar merupakan pesan yang bersifat negatif (negative words of mouth) maka alih-alih keuntungan bisa jadi justru kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut.

Dalam menghadapi negative words of mouth perusahaan dapat menyikapinya dengan berbagai cara. Mulai dari mengabaikan, menuntut, atau justru memanfaatkan negative words of mouth dengan mengubahnya menjadi positive words of mouth. Sikap yang terakhir diungkapkan merupakan sikap dan solusi yang cerdas bahkan bisa mendatangkan keuntungan ganda bagi perusahaan. Sayangnya kesadaran perusahaan untuk mengambil langkah ini cenderung masih minim. Kebanyakan perusahaan lebih memilih untuk memperkarakan negative words of mouth atau mengabaikan "virus" ini.
Sebutlah kasus yang dialami oleh Prita Mulyasari dan RS Omni International. Tuntutan yang dilayangkan oleh RS Omni International atas "curhat" Ibu Prita di media online merupakan langkah yang ditempuh untuk menghadapi negative words of mouth yang berkembang di masyarakat, khususnya para anggota yang tergabung dalam milis tersebut. Hasilnya, RS Omni International justru memperoleh pencitraan yang buruk terbukti dengan banyaknya dukungan yang diberikan oleh masyarakat baik melalui situs Facebook maupun aksi "koin untuk Prita". Hal ini jelas membuktikan bahwa negative words of mouth tidak bisa begitu saja dihentikan dengan langkah-langkah hukum.
Selanjutnya, mari kita meninjau bagaimana Apple mengubah negative words of mouth menjadi positive words of mouth yang powerful. Casey Neistat, pakar multimedia yang kecewa atas regulasi yang menekankan tentang tidak adanya penggantian baterai untuk Ipod dan mengekspresikan kekecewaannya dengan menayangkannya di berbagai website tentunya memberikan efek negative words of mouth bagi Apple dan Ipod. Tidak gegabah dalam mengambil sikap, Steve Jobs justru mengirimkan sebuah Ipod baru gratis bagi Neistat dan mengubah regulasi dengan memberikan jaminan tentang penggantian baterai Ipod dengan harga yang lebih murah. Dengan langkah ini, Casey Neistat yang awalnya menjadi "penyebar" negative words of mouth berubah menjadi "penyebar" positive words of mouth yang menguntungkan (profitable talker).
Kasus lain yang terjadi di Indonesia misalnya dapat diulas dari sebuah restoran siap saji, Kentucky Fried Chicken (KFC). Di sebuah media massa saya membaca tentang bagaimana hotline service KFC memberikan respon negatif terhadap seorang anak kelas VI SD yang menelepon untuk memesan paket yang ditawarkan KFC. Customer service tersebut menganggap anak tersebut hanya main-main dengan meminta anak tersebut untuk memberikan telepon ke orang tuanya sementara sang anak mati-matian meyakinkan bahwa dia serius melakukan pemesanan. Karena merasa tersinggung, sang anak kemudian menyebarkan informasi tentang perlakuan KFC tersebut kepada orang tua dan teman-temannya. Hal ini tentunya berdampak negatif terhadap citra KFC di masyarakat, khususnya anak-anak. Memang hotline service rawan dengan beberapa isu seperti telepon palsu, namun langkah yang ditempuh seharusnya lebih bijak dan tidak membuat konsumen tersinggung.
Meskipun sekilas KFC tampak "bersalah", di lain pihak seandainya sang anak atau orang tuanya mengadukan kekecewaannya kepada customer service KFC mungkin ceritanya akan berbeda. Saya memiliki pengalaman langsung tentang ini. Pada bulan Ramadhan lalu saya berkunjung ke salah satu gerai KFC di waktu buka puasa. Tentunya pada waktu-waktu tersebut traffic sangat tinggi dan kesigapan petugas untuk membersihkan meja sangat penting. Sayangnya, di gerai KFC tersebut saya tidak memperoleh kenyamanan layanan karena petugas tidak kunjung datang untuk membersihkan meja bahkan setelah kami selesai memesan makanan. Ketidaknyamanan tersebut saya adukan ke customer service KFC dan penanganannya sangat baik, cepat, dan menyenangkan. Mulai dari tingkat pusat hingga cabang semuanya terfollow-up dengan rapi. Sangat mengesankan. Kekecewaan saya pun terbayar dan saya dengan bangga menceritakan pengalaman tersebut ke rekan-rekan saya.
Langkah yang ditempuh KFC sesungguhnya merupakan langkah umum yang standar dan sederhana, namun efektif. Kemauan untuk menanggapi dan memperbaiki layanan demi kenyamanan konsumen merupakan salah satu langkah paling sederhana dalam mencegah berkembangnya negative words of mouth dari konsumen yang kecewa.
Dari sini dapat dipahami bahwa words of mouth di satu sisi dapat memberikan keuntungan apabila dapat dioptimalkan, namun di sisi lain dapat membunuh brand bila diabaikan khususnya jika informasi negatiflah yang berkembang. Salah satu langkah cerdas, jangan gegabah dalam mengambil sikap. Atasi negative words of mouth dengan mengubahnya menjadi positive words of mouth.

Referensi:
Majalah Marketing.
http://duniapemasaran.com/index.php/komunikasi-pemasaran/mencintai-negative-word-of-mouth.html

Gambar dipinjam dari:

www.phonewords.com.au