Saturday, December 24, 2011

Bhinneka Tunggal Ika-kah Sinetron Kita?

Hari raya keagamaan selalu menjadi salah satu momen yang istimewa untuk banyak pihak, termasuk industri media. Sudah bukan barang baru lagi bahwa kita sebagai audiens media akan dibombardir dengan berbagai konten media seperti film, sinetron, konser musik, hingga iklan yang memanfaatkan seasonal marketing ini. Lihat saja, ketika dekat hari raya Idul Fitri media kita dipenuhi oleh tayangan-tayangan bernuansa religi Islami. Uniknya, ada yang berbeda ketika datang hari Natal atau hari besar keagamaan lainnya. Sebagai audiens dan pengkaji media saya ingin bertanya, Sudah Bhinneka Tunggal Ika-kah Sinetron Kita?

Sepanjang bulan Ramadhan, judul-judul sinetron di berbagai stasiun televisi berubah dari yang sebelumnya lebih terkesan "pop" menjadi judul-judul yang kental dengan nuansa Islami. Kesan tersebut semakin terasa ketika Idul Fitri hanya tinggal menghitung hari. Seluruh sinetron, konser musik, dan program-program televisi semakin kental dengan nuansa religi lengkap dengan para pendukung acara dan atribut ke-Islamannya. Akan tetapi, agaknya tidak serupa halnya ketika hari Natal tiba. Perayaannya terkesan berbeda jika dibandingkan dengan hari besar keagamaan atau nasional lainnya. Saya memahami jika agama Islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia (85,1%), namun perlu dicatat bahwa agama-agama lain juga memerlukan "ruang" yang seimbang.

Penilaian terhadap porsi keseimbangan mungkin akan berbeda jika dilihat dari jumlah pemeluk masing-masing agama dan jenis program acara yang ditampilkan di stasiun televisi. Mengacu pada data dari The World Factbook (2009) disampaikan bahwa pada tahun 2010 di Indonesia jumlah pemeluk agama Islam berjumlah (85,1%), agama Kristen (9,2%), Katolik (3,5%), Hindu (1,8%), dan Buddha (0,4%). Berdasarkan data tersebut wajar adanya jika sinetron kita lebih didominasi oleh sinetron-sinetron yang kuat dengan nuansa Islami sepanjang alur ceritanya. Namun pantaskah kita mengesampingkan agama-agama lain sebagai bagian dalam cerita di sinetron kita?

Mengapa sinetron?
Sinetron merupakan salah satu konten media yang mendominasi waktu-waktu prime time dan menjadi tayangan favorit keluarga, khususnya para ibu. Terlepas dari alur ceritanya yang seringkali tidak masuk akal, sinetron menjadi salah satu media yang mampu menarik perhatian audiensnya secara penuh. Bagi beberapa pihak sinetron juga dimanfaatkan untuk menyampaikan pesan-pesan dakwah atau nasihat tertentu meski secara jujur saya menyangsikan efektivitasnya.

Tingginya kuantitas sinetron bernuansa religi Islami sepanjang bulan Ramadhan dan Idul Fitri bisa dipahami sebagai produk media yang mampu bertahan dalam durasi waktu yang lama (bulan Ramadhan berlangsung selama 30 hari dan Idul Fitri 2 hari), sementara itu hari Natal hanya berlangsung selama satu hari. Cukupkah itu menjadi alasan? Saya rasa tidak. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita masih ingat dengan sinetron "Buku Harian Nayla" atau "Mukjizat Itu Nyata" yang kental dengan nuansa religi Kristen dan Katolik menjelang hari Natal tiba. Dilihat dari reach audiensnya, kedua sinetron tersebut mampu menjangkau audiens dalam jumlah massif dan plural. Lalu mengapa saat ini tayangan-tayangan serupa tidak lagi ada? Mengapa hanya film-film Barat bernuansa Natal saja yang ditayangkan tanpa ada tayangan lokal yang mengapresiasi hari raya tersebut? Jika berkaitan dengan tren tema konten media, bukankah tren dapat dicipta seperti saat kita mencipta tren tema religi, horor, dan komedi seks?

Benar jika dikatakan bahwa dominasi agama mampu mempengaruhi peta kekuatan politik, ekonomi, budaya, dan media. Benar jika dikatakan bahwa film mampu menjadi kanal penyampai pesan yang ampuh. Namun tidak bisakah kita kembali memeluk perbedaan dan menghormatinya setidaknya melalui pesan-pesan media? Takutkah kita? Insecure-kah kita? Saya rasa masyarakat kita tidak sebodoh itu untuk menelan mentah-mentah pesan media kecuali mereka telah terbiasa dikondisikan dengan sikap barbarian sebagai respon atas setiap perbedaan.

Jadi, sudah Bhinneka Tunggal Ika-kah Sinetron Kita?




p.s. tulisan ini dibuat tidak hanya ditujukan bagi media dalam mengakomodasi pesan-pesan religi bernuansa Kristen atau Katolik saja, namun bagi seluruh agama. Hari Natal dipilih sebagai contoh mengacu pada alasan bahwa ketika tulisan ini dipublikasikan hari raya keagamaan terdekat adalah hari Natal. Adapun sinetron dipilih mengacu pada alasan bahwa program media ini merupakan salah satu program yang secara signifikan berpengaruh dan rutin diakses oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari.


Referensi:
The World Factbook. CIA. 19 Maret 2009.


No comments: