Friday, February 12, 2010

Album Presiden SBY

Sore ini seperti biasa dalam rangka menghabiskan waktu liburan saya menonton tivi, zapping-zapping program karena nggak ngerti mau nonton apa di jam-jam nanggung seperti ini. Perhatian saya tercuri ketika muncul sebuah pemberitaan di Seputar Indonesia tentang Presiden SBY yang baru-baru ini meluncurkan album dan album tersebut dikaitkan dengan isu pemakzuran. Isu pemakzuran tersebut muncul ditengarai karena adanya aksi damai yang dilakukan oleh suatu organisasi yang menilai gagalnya pemerintahan Presiden SBY dalam 100 hari pertamanya.

Saya tergelitik untuk berkomentar. Pertama, saya menilai bahwa album yang dikeluarkan oleh Presiden SBY sepertinya nggak perlu dikaitkan dengan isu pemakzuran atau apapun. Di masa ini, musik merupakan salah satu media komunikasi antara musisi (baik pencipta maupun penyanyi) untuk berkomunikasi dengan audiensnya. Begitu pula dengan album Presiden SBY. Karya-karya musik yang dihasilkan agaknya merupakan sebuah media untuk berkomunikasi antara Presiden dengan masyarakat Indonesia. Saya sendiri belum mendengar secara utuh semua lagunya, namun sejauh yang saya dengar karya-karya yang dihasilkan oleh Presiden SBY memiliki makna yang kuat tentang bangsa yang tahan banting dan tidak pernah menyerah untuk mencapai suatu tujuan yang baik. Oleh karena itu, isu pemakzuran atau apapun nggak seharusnya dikaitkan. Well, sebagai mahasiswa ilmu komunikasi (yang biasa-biasa saja) saya mengerti tentang konsep agenda setting dalam pemberitaan berita, dan itu nggak salah. Nggak salah juga kalau kemudian pemberitaan album dengan pemakzuran dikait-kaitkan, namun bagi saya sebagai warga Indonesia yang berhak berpendapat ya saya merasa kalau isu pemakzuran dengan album itu nggak related.

Kedua, saya mengutip pendapat Dhidha, pacar saya (dan semua orang sudah tau itu, bukan?) bahwa seorang pemimpin yang terpilih adalah orang yang terbaik di masa itu. I do agree with his opinion. Buat saya Presiden Soekarno adalah orang yang terbaik di masa kepemimpinannya, Presiden Soeharto adalah orang yang terbaik di masa kepemimpinannya, dan seterusnya. Presiden Soekarno dan kebijakan pemerintahannya mungkin tidak akan sebaik Presiden Soeharto jika harus memimpin bangsa Indonesia di era (lupa). Sebaliknya, Presiden Soeharto dan kebijakannya pun mungkin tidak akan sebaik Presiden Soekarno jika harus memimpin bangsa Indonesia di era (lupa juga). Oleh karena itu, saya agak antipati dengan pihak-pihak yang opposite dengan pemerintahan yang berkuasa dengan dasar bahwa pemimpin idaman mereka tidak berhasil memegang tampuk pemerintahan. Saya termasuk tipe warga negara yang siapapun pemimpin negara saya, apakah itu pemimpin idola saya atau bukan ketika beliau terpilih untuk memimpin ya dukunglah kepemimpinannya. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya, warga negara yang berjiwa besar adalah warga negara yang menghormati pemimpinnya bukan?

Ketiga, dari sepanjang riwayat bangsa kita sepertinya Presiden SBY begitu kreatif hingga mampu menciptakan karya-karya musik (yang menurut saya bagus kok) di tengah kesibukannya sebagai Presiden. Selain itu, musik itu kan bagian dari seni dimana sifat dari seni itu adalah sense, keindahan, dan menghibur. Artinya, Presiden kita memiliki niat yang baik untuk menghibur masyarakatnya di tengah berbagai rutinitas kehidupan yang ruwet. Sungguh Presiden yang sayang pada masyarakatnya bukan?

No comments: