Saturday, August 15, 2009

saya bangga dengan pacar saya!

Pemberitahuan sebelumnya:
Tulisan ini merupakan aktualisasi dari opini pribadi saya terhadap pacar saya sehingga isinya akan bersifat personal dan tidak boleh diganggu gugat. Ini pendapat saya gitu lohhh! :p

Saya dibesarkan dalam keluarga yang dekat dengan dunia Angkatan Bersenjata Indonesia. Kakek dan Om saya yang berkecimpung dalam dunia TNI AU ditambah dengan saudara-saudara sepupu saya yang lebih besar menjadi anggota baris-berbaris di sekolahnya mengimpresi saya akan "kedisiplinan" yang mengesankan. Sejak kecil, saya senang sekali melihat orang-orang yang berbaris. Saya senang melihat saudara sepupu saya berlatih baris seorang diri di rumah nenek dan saya hampir selalu menonton tayangan upacara 17 Agustus di Istana Negara yang disiarkan di televisi. Saya selalu kagum akan kemampuan mereka menghentakkan kaki seirama dan bisa membentuk formasi-formasi barisan yang indah. Hal khusus yang paling saya tunggu-tunggu adalah bagian pembawa baki menerima bendera untuk dikibarkan dari Presiden dan bagian pengibaran oleh tiga orang paskibraka dari pasukan delapan. Dalam benak masa kecil saya, saya sering bertanya-tanya,"bagaimana ya ko bisa mereka tidak salah langkah, langkah kaki mereka bisa sama, dan bagaimana bisa mbak pembawa baki itu ngga jatuh waktu turun tangga habis menerima bendera padahal dia nggak lihat tangga?". Bagian lain yang memunculkan desir-desir rasa yang menurut saya agak ambigu antara rasa senang dan seram adalah bagian ketika pemimpin upacara yang biasanya berasal dari ABRI mulai menginstruksikan komando-komando. Bagi saya, suara setiap pemimpin upacara terdengar sangat tegas dan kharismatik meskipun saya seram juga kalau mendengar suara keras.

Meskipun saya senang sekali melihat orang berbaris, pada kenyataannya saya tidak pernah sama sekali menjadi anggota tim baris-berbaris (atau yang lebih dikenal dengan Tonti atau Paskibra) di sekolah saya baik waktu SMP atau SMA. Terhitung pengalaman saya berbaris hanya sekali seumur hidup menjadi tim pengibar bendera SD saya waktu kelas saya kebagian jatah bertugas upacara. Itu pun hanya sekali saja karena selanjutnya setiap kali kelas saya kebagian jatah bertugas upacara, saya selalu menjadi MC upacara. Meskipun saya tidak bisa menjadi anggota tim baris berbaris, saya tetap menyimpan sebuah bentuk kekaguman yang luar biasa terhadap baris-berbaris dan Paskibraka. Saya senang melihat tim Tonti di sekolah saya latihan apalagi jika ada acara-acara penting seperti upacara 17 Agustus atau ulang tahun sekolah. Saya juga masih rajin mengikuti upacara kemerdekaan di televisi setiap tanggal 17 Agustus.

Selain terpesona dengan hentakan kaki para paskibra, sejujurnya saya juga suka dengan potongan style para paskibraka ini. Ini persoalan selera, dan menurut saya kesan maskulin yang saya dapat dari para paskibraka yang umumnya tinggi, berbahu lebar, tegap, dan berambut cepak mampu mempesona saya. Menurut saya, maskulinitas tercermin dari sosok seperti itu meskipun menurut saya tidak semua orang cocok juga dengan style ini.

Meskipun saya tidak benar-benar berkecimpung dalam dunia baris-berbaris ini, saya kecipratan ilmu juga dari pacar saya yang cukup "master" dalam urusan baris-berbaris. Satu nilai plus buat saya karena secara fisik, dia tipe saya banget deh. Konsep maskulinitas saya di atas benar-benar tercermin dalam dirinya. Intinya, he suits my prince of dream at all.

Saya bangga sekali dengan pacar saya. Ini jujur dan objektif, saya sungguh sangat bangga. Satu prestasi dengan menjadi Komandan Pasukan Delapan Paskibraka Provinsi diraih pacar saya dan itu sungguh membanggakan. Dulu waktu pacar saya cerita tentang komandan pasukan delapan, saya bahkan ngga ngerti pasukan delapan itu apa? Yang saya tau hanya nanti ada serombongan orang berbaju putih yang berbaris, ada mbak yang bawa baki, dan ada tiga orang yang maju menaikkan bendera. Ternyata setelah saya tahu, pacar sayalah orang yang kebagian menaikkan bendera, bagian yang selalu membuat saya berdesir setiap kali melihat upacara kemerdekaan di istana via televisi. Kebanggaan saya atas hal ini mungkin harusnya disampaikan dalam rangkaian kalimat yang lebih sempurna dengan memperhatikan diksi dan frasa, namun sungguh saya bahkan tidak menemukan kata-kata lain lagi untuk menunjukkan betapa bangganya saya terhadap pacar saya.

Saya menyimpan video ketika pacar saya bertugas di Gedung Agung sebagai komandan delapan tersebut. Saya mengikuti video yang berdurasi cukup panjang itu dengan runtut. Ada kebanggaan membuncah dalam perasaan saya ketika melihat tiga orang laki-laki melangkah tegap menuju tiang bendera setinggi 17 meter (kata pacar saya tingginya segitu, pokoknya tiangnya tinggi sekali) dan sang komandan yang membawa bendera berada tepat di tengah merupakan pacar saya. Perasaan saya kembali berdesing ketika mendengar suara yang sangat saya kenal meneriakkan komando-komando kepada pasukannya. Agak berbeda memang mendengar suaranya yang biasanya lembut kemudian terdengar keras dan tegas. Namun saya tetap bangga, saya senang sekali.

Yang saya tahu dalam dunia paskibraka adalah tentang kedisiplinan. Kebetulan, salah satu kenalan saya pernah menjadi pembawa baki di upacara kemerdekaan dan dia bercerita tentang kedisiplinan yang luar biasa di karantina paskibraka. Ketika saya banyak bertanya dengan pacar saya tentang karantina paskibraka dan mendengar ceritanya ketika melatih paskibraka junior setiap bulan Agustus, saya semakin terkesan dan saya bahkan tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya mengikuti kedisiplinan tingkat tinggi begitu.

Lastly, sejujurnya saya speechless. Kamus di otak saya tidak bisa menemukan kata-kata yang cocok untuk menyampaikan betapa bangganya saya terhadap prestasi yang diraih pacar saya ini. Setidaknya satu bukti nyata sudah dilakukannya sebagai wujud pengabdiannya kepada negara. Intinya, saya sangat bangga terhadap Christa Adhi Dharma, pacar saya.


p.s. ini foto ketika pacar saya bertugas jadi Komandan Delapan PPI DIY di Upacara Kemerdekaan di Gedung Agung, 17 Agustus 2006.

No comments: